Pikun Pada usia muda

Posted by Achadi | 7:00 PM | | 0 comments »

Ada artikel bagus di www.waspada.co.id dibawah ini :

JIKA Anda merasa cepat lupa pada hal-hal kecil, seperti lupa menepati jadwal kerja dan pertemuan, tidak ingat nama orang atau bahkan lupa meletakkan barang. Anda mengalami gejala demensia atau melemahnya daya ingat.

Akibatnya, Anda akan mengalami degradasi perilaku sosial. Lebih buruk lagi, Anda kehilangan karier dan pekerjaan. Bagaimana cara mengatasinya?

Melemahnya daya ingat atau yang lebih dikenal dengan pikun, merupakan penyakit yang biasa diderita orang lanjut usia. Namun, apa jadinya jika pikun melanda anak muda? Sudah barang tentu Anda tidak menginginkan hal itu. Semua pekerjaan Anda akan berantakan lantaran tidak mampu mengingat hal-hal kecil, seperti lupa meletakkan sesuatu atau lupa menghadiri pertemuan yang sebelumnya sudah dijadwalkan. Celakanya, karier Anda berada di ambang kehancuran apabila lemahnya ingatan mencapai tingkat kronis.

Faktor Penyebab
Menurut dr Tumpal Sp.S, demensia adalah keadaan di mana seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir. Melemahnya kemampuan untuk mengingat dan berpikir menimbulkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari. Bentuk gangguan yang sangat menyolok adalah degradasi perilaku sosial. "Demensia itu terbagi menjadi dua golongan, yaitu demensia yang dapat diobati dan demensia yang tidak dapat diobati," kata dr Tumpal.

Faktor penyebabnya, antara lain, kelupaan. Lupa bisa disebabkan oleh tumor, terutama kelupaan pada usia muda. Selain karena tumor, demensia akut yang dapat menimbulkan gangguan psikologis dan perilaku disebabkan oleh perubahan zat-zat kimia di otak, pengerutan volume otak akibat kerusakan pasien pra morbid dan ketahanan pasien terhadap perubahan hidup yang terjadi dan faktor lingkungan.

Gejala-gejala
Menurunnya daya ingat adalah gejala umum dari demensia. Pada kondisi normal, orang kadang-kadang lupa meletakkan sesuatu. Namun tidak lama kemudian orang dapat menemukannya kembali tanpa respon yang berlebihan. Namun pada penderita demensia, penyakit lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. Ketika seorang penderita demensia kehilangan sesuatu, respon yang pertama kali muncul adalah panik yang sangat berlebihan, menyelahkan orang lain dengan mengatakan bahwa orang itu telah mengambilnya atau memindahkan barang tersebut. Ketika benda-benda yang dicari ditemukan, mungkin saja respon yang muncul berikutnya adalah tidak mengerti apa kegunaan barang-barang yang mereka cari tadi.

Penderita demensia pada usia muda dan masih aktif bekerja seringkali melakukan kesalahan dalam menepati jadwal kerja. Sekalipun tertulis dalam agenda, mereka dapat saja tidak hadir pada sebuah rapat karena lupa pada jadwal tersebut. Hal ini juga dapat memengaruhi performa kerja dan bisa menjadi bahan tertawaan orang sekantor. Gangguan orientasi waktu dan tempat seringkali dialami oleh penderita demensia. Penderita demensia pada usia muda merasa masih mampu melakukan segala hal. Didukung fisik yang kuat, mereka seringkali tidak menghiraukan gejala demensia ini.

Kasus lain adalah mengemudi mobil. Orang-orang muda sudah mengendarai mobil bertahun-tahun dan tidak pernah mengalami kecelakaan. Tetapi ketika demensia menyerang, mereka dapat dengan tiba-tiba lupa ke mana mereka akan pergi dan sedang berada di mana saat itu. Kadang-kadang mereka tersesat di jalan yang setiap hari mereka lalui, Hal ini tentu sangat berbahaya, mengingat mereka sedang mengemudi mobil di jalan raya yang ramai.

Ekspresi yang berlebihan ditujukan oleh penderita demensia. Mereka akan menangis berlebihan ketika melihat sebuah drama televisi. Begitu pula ketika melakukan kesalahan kecil, si penderita tidak bisa mengerti mengapa mempunyai perasaan takut dan gugup yang tidak jelas.

Memang berat apa yang dialami oleh penderita demensia, terutama pada usia yang masih muda dan produktif untuk bekerja. Perjalanan penyakit ini sangatlah lambat dan kadang tidak dirasakan baik oleh penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Dampak demensia tidak hanya dirasakan penderita, keluarga dan orang terdekat akan merasakannya. Berat rasanya untuk menerima kenyataan bahwa kita atau orang yang kita kenal dan kita sayangi terkena penyakit ini.

Pengobatan
Demensia, jika tidak benar penanggulangannya, bisa mengakibatkan infeksi. Bahaya infeksi disebabkan oleh penyakit yang menyertainya seperti, radang paru-paru atau karena makanan dan gizi yang tidak benar. Sampai saat ini, penyakit demensia belum dapat disembuhkan. Pengobatan dan perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala, serta mengoptimalkan kemampuan yang masih dimiliki. Dengan demikian, laju kerusakan otak yang dialami penderita demensia dapat dihambat.

Hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya demensia, antara lain, dengan menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak. Secara teknis, dua hal di atas dapat dilakukan dengan mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan ke dalam sistem tubuh.

Mengoptimalkan fungsi otak dengan membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. Berdasarkan sejumlah penelitian, diketahui bahwa dimensia seringkali terjadi pada orang usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dimensia senilis dan demensia pra senilis. Sekitar 56,8 persen lansia mengalami demensia dalam bentuk demensia alzheimer (4 persen dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16 persen pada usia 85 tahun, dan 32 persen pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.

"Pengobatan yang lebih baik itu tergantung penyebabnya. Kalau kurang vitamin, ya dikasih vitamin. Kalau karena teroid yang rendah, ya dikasih hormon teroid. Demensia alzheimer harus dilihat lebih lanjut," jelas dr Tumpal lagi.

Selain pengobatan secara medis, pengobatan secara tradisional bisa dilakukan. Mengkonsumsi dua cangkir green tea per hari dapat mengurangi risiko terjadinya demensia. Telah terbukti bahwa mereka yang mengkonsumsi lebih dari dua cangkir green tea per hari mengalami risiko kerusakan kognitif 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi kurang dari dua cangkir green tea per minggu.

Sementara hubungan antara konsumsi black tea, oolong tea, serta kopi terhadap kerusakan kognitif pada jaringan otak sangat lemah atau tidak ada sama sekali. Zat polifenol dalam greean tea, khususnya EGCG, ternyata berperan untuk memperbaiki kerusakan kognitif. Green tea mengandung 67,5 mg katekin dalam 100 ml, sedangkan black tea hanya mengandung 15,5 mg dalam 100 ml.

(Genie/Genie/OZ) dikutip dari :www.waspada.co.id

Mmmh apa karena dulu gw pernah kesamber petir yak jadi sering lupa euy.

0 comments

Your Ad Here